Memek Basah Dita Teman Pacar, di Ngentot Sampai Puas
Citra adalah nama gadis yang selama ini
menjadi gebetanku, namun aku akui ternyata sulit juga untuk mendapatkan
hatinya. Padahal aku sudah melakukan segala cara untuk mendapatkan
perhatiannya, kami sekolah di tempat yang sama. Namun hanya beda kelas,
walau begitu sebenarnya aku pernah menjadi teman satu kelas dengan Citra
ketika masih kelas 10 lalu.
Saat itu aku memang tidak ada hati
padanya dan lebih memilih pacaran dengan teman sebangkunya Aini. Memang
di sekolah aku di kenal sebagai cowok yang sering gonta-ganti pacar,
mungkin karena tampangku yang keren sehingga dengan mudahnya aku
mendapatkan pacar. Dan tidak lupa juga bahwa aku sering melakukan adegan
seperti dalam cerita seks yang memang sudah biasa di lakukan
teman-temanku juga.

Mungkin karena itu juga Citra tidak mau
menerimaku untuk menjadi pacarnya “Bima..tunggu..” Terdengar suara yang
memanggil namaku dari belakang ketika aku menoleh ternyata Dita temanku
“Apa sayang..” Kataku menggodanya dia hanya tertawa “Sayang.. sayang
matamu.. gua cuman mo bilang kalau Citra tadi bbm gua kalo dia sakit..”
Aku terkejut medengar kata Dita.
Dita memang sahabat Citra dan dia satu
kelas denganku, Dita tahu kalau aku memang benar-benar suka pada Citra.
Dan diapun sering melihatku memperhatikan Citra dari jauh. Sebenarnya
banyak teman-temanku yang mengajakku nongkrong bareng, dan aku tahu
kalau sudah berada di tempat nongkrong pasti banyak yang melakukan
adegan cerita sex dan hal itu yang aku hindari sekarang.
Aku benar-benar suka pada cewek yang
satu ini, karena itu sepulang sekolah aku langsung menuju ke rumah Citra
tidak lupa juga aku mengajak Dita kesana. Sebelumnya aku masih mampir
untuk membeli buah di sebuah stand toko buah, dan Dita yang
membawakannya ketika kami sudah sampai di depan rumah Citra. Kami keluar
dari dalam mobil menuju rumahnya dan hal ini baru pertama kali aku
lakukan.
Main ke rumah Citra meskipun sudah
berulang kali aku main ke rumah cewek tapi aku begitu gugup masuk ke
rumahnya “Aduh…nanti Citra nggak mau nemuin gue Dit…” kataku pada Dita,
dia tersenyum sambil berkata “Baru kali ini gua liat lu gugup..” Aku
menampiknya “Enak aja siapa yang gugup…” Kataku sambil duduk di ruang
tamu Citra begitu pembantunya mempersilahkan duduk.
Aku lihat rumah Citra begitu luas dan
dapat aku pastikan kalau kedua orang tuanya sibuk. Ini saja aku masih
sendirian dan hanya pembantu yang tadi menghidangkan minuman lalu masuk
lagi, sedangkan Dita masuk ke dalam kamar Citra hingga beberapa saat
kemudian dia datang “Ayo katanya mau jenguk kok malah duduk di situ…”
Akupun beranjak dari tempat dudukku.
Kamipun mengobrol di dalam kamar Citra,
dan aku lihat mukanya memang pucat. Tapi dia tetap cantik apalagi saat
dia tersenyum nampak kedua lesung pipit di pipinya, hingga akhirnya kami
pamit pulang. Dan sejak saat itu aku menjadi lebih dekat dengan Citra,
dan aku tidak lupa kalau semua ini berkat Dita sahabatnya dan juga kini
menjadi sahabatku.
Akupun menjadi lebih sering main dan
jalan dengan Dita untuk membicarakan tentang Citra, yang aku lihat kini
lebih terbuka lagi padaku. Pernah Citra bercerita tentang masalah
keluarga yang kini dia hadapai ternyata mama dan papanya akan segera
berpisah dan hal itu yang membuatnya down. Hari ini aku main ke rumah
Citra bersama dengan Dita juga.
Namun cuaca tiba-tiba mendung karena itu
akupun pamit, meskipun membawa mobil tapi akupun pamit pulang. Dan Dita
juga ikut denganku, dan benar saja belum sampai rumah hujan turun
dengan derasnya karena aku memang berniat mengantar Dita lebih dulu.
Akupun mampir ke rumahnya karena hujan begitu deras dan jarak pandang di
dalam mobil jadi terganggu juga.
Di rumah Dita dia membuatkan aku segelas
teh hangat, dan Dita masuk kedalam rumahnya. Aku yang merasa kedinginan
berniat hendak ke kamar mandinya, dan ketika melewati kamar Dita yang
terbuka akupun masuk dan astaga aku lihat Dita sedang telanjang tanpa
memakai pakaiaan sehelaipun “OOhh.. maaf Dit.. gue mau..” Aku hendak
pergi dari kamar itu namun tanganku di tarik olehnya.
Dengan cepat aku sudah berada tepat di
pelukannya, dan aku tidak munafik ketika sudah berada di dalam pelukan
gadis seperti ini. Akhirnya akupun melakukan adegan seperti dalam cerita
seks yang selama ini sudah biasa aku lakukan. Aku menciumi wajah Dita
dan aku raba-raba juga tubuhnya “Ooouugggghhhh…. aaaagggghh… ooouugghh…
Bim… aaaggghhh… teruuus saaayaaang..” Desahnya.
Akupun semakin nekat dengan melepas
bajuku juga, dan nampak kini kedua tubuh yang berlainan jenis sama-sama
telanjang bulat “Aaaggghhh… Dit…… aaagggghhh… aaagggghh…. aaagggggghh..”
Aku menyusuri tubuhnya untuk aku cium, diapun berkata Lirih “Aaggghh..
ayo Bim.. lakukaaaan saajaaa… aaaggggghhh… aaaggghh…” Katanya berbisik
pada telingaku.
Aku yang mendengar hal itu apalagi hal
ini bukan kali pertama aku melakukan adegan cerita sex. Segera aku naiki
tubuh Dita yang sudah terlentang di atas kasurnya, dan aku tancapkan
kontolku ke dalam kemlauannya “Oouuggggghh… Dit.. aaaggghh… gua goyang
ya.. aaggggghh..” Dia memjamkan mata sambil berkata “Teruus
Bim…aaaagggghhhh…aaaggghhh..”.
Merasa sudah terbenam dengan benar
akupun melakukan gerakan naik turun di atas tubuhnya “Oouugggghh…
ooouugghhh.. Biiimmm… aaaggghhh… nikkkmaaat.. bim… aaaaggghhh…
aaagggghhh… aaagghhhh…” Dita begitu menikmatinya dia bahkan tidak lagi
mendesah tapi mengerang dengan kerasnya, untungnya hujan masih terdengar
deras di luar sehingga erangan Dita tidak terlalu terdengar.
Kini tubuhku semakin cepat bergerak
karena aku sadar kalau-kalau orang tua Dita datang “Ooouuuuwww….
aaagggghh.. aaaggggghh.. Dita sayaaang.. aaahhkkkkk… aaaaaaahhhku…
aaaggggghh… aaaaaggggggghhh…” Muncrat sudah spermaku kedalam memek Dita
dan diapun aku lihat tersenyum puas layaknya pemain profesional adegan
cerita seks yang binal.
Kamipun segera merapikan pakaian kami
lagi, lalu aku kembali duduk di ruang tamu Dita. Dan kami mengobrol
biasa sampai akhirnya hujan berhenti dan aku pamit pulang pada Dita, aku
tidak mengerti dengan cewek satu ini. Kenapa dia mau melakukan ini
denganku, bahkan ketika kami mebobrol tadi dia tidak membahasnya
sedikitpun dan sikapnya biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.